Kamis, 03 Mei 2012


PUISI KARYA MUHAMMAD Asqalani eNeSTe

Oleh : Muhammad Asqalani eNeSTe

Di Ujung Sepi


Bagai daun basah
Aku tumbuh dari akar katakata
Bagai ombak berkeliaran
Di kedalaman buih katakata
Langit riuh
Dalam hujan katakata
Siang girang
Dalam terang katakata
Kelak aku tersangka
Di hadapan makkamah katakata
ZizagaSeptember2000n10

Puisi Karya Muhammad Asqalani  eNesTe

        Di Ujung Sepi

1.   BAGAI : Seperti
DAUN : Benda mati
BASAH : Berair
 KALIMAT : Mengumpamakan daun yang basah
2.   AKU : Saya
TUMBUH: Hidup dan Bertambah besar
DARI : Kata Depan
AKAR : Inti Kata
KATA-KATA : Tutur, atau Bunyi yang mengangung arti
KALIMAT : Saya hidup dari inti kata-kata
3.   BAGAI : Seperti
OMBAK : Gelombang
BERKELIARAN : Berpergian
KALIMAT : Seperti gelombang air yang berpergian
4.   Di : Kata depan
KEDALAMAN : Tidak terlihat lagi
BUIH : Busa atau gelumbung-gelumbung
KATA-KATA: Tutur, atauu bunyi yang mengandung arti
KALIMAT : Di kedalaman gelumbung kata-kata
5.   LANGIT : Yang tampak di atas bumi
RIUH : Gempar atau ramai sekali
KALIMAT : Langit yang terlihat ramai
6.   DALAM: Jauh kebawah
HUJAN : Tetesan air
KATA-KATA : Tutur, atau bunyi yang mengandung arti
KALIMAT : Dibawah tetesan hujan kata-katamu
7.   SIANG : Waktu untuk hari
GIRANG: Senang
KALIMAT: Hari yang menyenangkan
8.   DALAM : Jauh kebawah
TERANG : Jelas dan nyata
KATA-KATA : Tutur, atau bunyi yang mengandung arti
KALIMAT : Jauh jelas kata-katanya
9.   KELAK : Kemudian hari
AKU : Saya
TERSANGKA : Orang yang bersalah
KALIMAT : Kemudian hari saya menjadi orang yang bersalah
10. DI : Kata depan
HADAPAN : Sisi sebelah muka
MAKKAMAH : Orang yang mengadili kesalahan orang lain
KATA-KATA : Tuturan, atau bunyi yang mengandung arti
KALIMAT : Di depan akan diadili atas kesalahan kata-katanya.


                                                                
Analisis Puisi Di Ujung Sepi

                Seorang gadis yang kesepian dan menanti kekasihnya yang tidak kunjung datang-datang, dan hatinya tidak menentu memikirkan kekasihnya hanya sepi yang menemani  setiap menatap keatas dan memandangi langit hatinya risau. Ada rasa ragu dan rasa cemas yang selalu menghampirinya sepi yang membuat gadis itu menangis.
                Setiap percikan-percikan hujan yang turun, gadis itu berusaha untuk menghitung percikan air hujan gadis itu teringat dengan kata-kata kekasihnya, sebelum meninggalkanya hujanlah sebagai saksi janji cinta mereka. Tetapi ketika siang datang gadis itu berusaha untuk melupakan semua kata-kata kekasihnya, dan saat itu pula gadis itu terkejut lalu menyadari bahwa semua kata-kata itu tidak ada buktinya. Dan gadis itu menyadari hal itu yang membuatnya terpuruk dengan kata-kata yang tidak dapat dipercaya.
              Menjadi lebih baik dari pada sebelumnya itu lebih baik, itulah perkiraan gadis itu berusaha untuk tidak mengingat-ingat lagi kata-kata kekasihnya sepi mungkin hanya teman yang sesekali menghampirinya. Sepi yang diujung rindu menanti kekasinya yang tidak kunjung datang semua telah ia pasrakan, suatu hari nanti kalau sudah jodoh, pasti akan berjumpa itulah prinsip yamg dipegang kuat olenya gadis itu.
             
           
  

Kamis, 29 Maret 2012

GAYA BAHASA



Gaya Bahasa


1. Gaya bahasa ialah cara penulis menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pemikiran dan pandangan terhadap sesuatu tema atau persoalan melalui kerya mereka.

2. Berikut diberikan bebrapa istilah-istilah gaya bahasa yang perlu difahami oleh pelajar:

a.
 Diksi

i. Bermaksud pemilihan kata

ii. Penulis akan menggunakan dan memilih kata-kata yang sesuai dengan tema dan persoalan, latar, watak dan mesej yang ada dalam karya mereka

b. Ayat

i. Merujuk kepada cara pengarang membina dan menyusun ayat dalam karyanya

ii. Ayat yang digunakan sama ada ayat panjang atau ayat pendek mengikut kesesuaian karya yang diolahnya

c. Personafikasi 

i. Dikenali juga perorangan yang bermaksud memberikan sifat manusia kepada benda-benda lain

ii. Sifat manusia itu meliputi perwatakan, perasaan, tindak-tanduk dan perlakuan

iii. Antara contoh-contoh personafokasi yang pernah digunakan ialah daun nyuir melambai-lambai dan rumput menari-nari ditiup angin

d. Simile

i. Perbandingan setara yang digunakan oleh penulis bagai menyatakan sesuatu perkara.

ii. Kata-kata yang biasa digunakan seperti, umpama, bak, bagai, ibarat dan sebagainya.

iii. Contoh penggunaan simile: seperti anjing dengan kucing,kurus macam lidi dan bagai aur dengan tebing

e. Metafora

i. Perbandingan setara secara terus atau langsung yang digunakan oleh penulis

ii. Contoh penggunaan metafora: samudera hampa dan lautan fikiran

f. Hiperbola

i. Merupakan sejenis bahasa kiasan yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan daripada maksud sebenar

ii. Contoh penggunaan hiperbola: lautan api sanggup kurenangi

g. Sinkope

i. Bermaksud penyingkatan kata

ii. Contoh penggunaan sinkope: "Apa dah jadi ni?"

h. Rima

i. Bunyi akhir suku kata pada tempat yang bersetentang antara dua baris atau lebih daripada dua baris dalam puisi

ii. Terdapat rima awal, rima dalam dan rima akhir

iii. Perhatikan rima pantun berikut:

Tikar pucuk tikar mengkuang,
Alas nikah raja Melayu,
Ikan busuk jangan dibuang,
Buat perencah di saun kayu.

i. Asonansi

i. Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam baris-baris puisi

ii. Contohnya pengulangan bunyi vokal u dalam baris 'Tikar pucuk tikar mengkuang'

j. Aliterasi

i. Pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris-baris puisi

ii. Contohnya pengulangan bunyi konsonan k dalam baris 'Tikar pucuk tikar mengkuang'

k. Perlambangan

i. Merupakan kata-kata yang digunakan untuk menerangkan sesuatu benda, keadaan, atau peristiwa yang membawa maksud yang lain atau makna yang lebih mendalam,

ii. Contohnya bunga melambangkan perempuansenjamelambangkan usia yang telah tua dan pagi melambangkan usia muda



RELASI MAKNA

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, kalimat, dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan, kegandaan atau kelebihan makna.

Sinonim
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna dan bersifat dua arah. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dengan frase duduk perut. Ketidaksamaan makna yang bersinonim disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan kata komandan yang tidak cocok untuk koteks klasik.

2. Factor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di mana saja, sedngkan beta hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.

3. Faktor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan dalam rangka formal dan tidak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.

4. Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.

5. Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan dalam kegiatan
apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.

6. Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau yang masing-masing memiliki makna yang tidak sama.



Antonim
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua ujaran yang menyatakan kebalikan. Misalnya kata hidup berlawanan dengan kata mati. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim dibagi menjadi:
1. Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup berantonim secara mutlak dengan kata mati.

2. Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil berantonim secara relatif.

3. Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan menjual, karena munculnya yang satu harus disertai dengan yang lain.

4. Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara berantonim berantonim secara hierarkial karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam satu garis jenjang.

5. Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari satu. Umpamanya dengan kata berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, jongkok, dan bersila.


Polisemi
Polisemi adalah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, sesuai dalam kalimat kepalanya luka kena pecahan kaca, (2) ketua atau pimpinan, seperti dalam kalimat kepala kantor itu bukan paman saya.


Homonimi
Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar yang bermakna ‘kekasih’.
Pada kasus homonimi ini ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofoni dan homografi. Homofoni adalah adanya kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan. Contoh yang ada hanyalah kata bank ‘lembaga ‘keuangan’ dengan kata bang yang bermakna ‘kakak laki-laki’. Homografi adalah mengacu pada bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Contohnya kata teras yang maknanya ‘inti’ dan kata teras yang maknanya ‘bagian serambi rumah’.
Perbedaan polisemi dan homonimi adalah kalau polisemi merupakan bentuk ujaran yang maknanya lebih dari satu, sedangkan homonimi bentuk ujaran yang “kebetulan” bentuknya sama, namun maknanya berbeda.



Hiponimi
Hiponim adalah kata khusus sedangkan hipernim adalah kata umum. Contohnya kata burung merupakan hipernim, sedangkan hiponimnya adalah merpati, tekukur, perkutut, balam, dan kepodang.



Ambiguiti Atau Ketaksaan
Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Misalnya, bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku itu memuat sejarah zaman baru. Homonimi adalah dua buah bentuk atau lebih yang kebetulan bentuknya sama, sedangkan ambiguiti adalah sebuah bentuk dengan dua tafsiran makna atau lebih.



Redundansi
Redundansi adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan bola itu ditendang Dika. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap redundansi, berlebih-lebihan.





SURAH AL-INSYIRAH


Surah Al Inshirah atau Surat Alam Nasyrah( سورة الشرح )adalah surat ke-94 dalam Al Qur'an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah serta diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah Kami telah melapangkan.

Pokok-pokok isi

Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal kepada-Nya.

Isi Surat

“KEIARANGAN”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ    
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dari Surah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
  • Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?
Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.
Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.
Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.
Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
  • Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,
Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
  • Yang telah memberatkan unggungmu?
Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita.

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
  • Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?
Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.
Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
  • Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
'
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
  • Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.
Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
  • Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!
Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
  • Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!
Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.



JENIS MAKNA

Jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
  1. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
  1. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun.
Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
  1. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit.
Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
  1. Makna Spesifik
Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit.
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
  1. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
  1. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.

  1. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa.
  1. Makna Stilistik
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
  1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama.
Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan.
  1. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
  1. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
  1. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
  1. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.






Medan Makna

           Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya nama-nama warna dan nama-nama perkerabatan.
Contoh :
          Banyak unsur leksikal dalam I medan makna antara bahasa yang I dengan bahasa yang lain tidak sama besarnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan sistem budaya masyarakat pemilik bahasa itu.
 Bahasa Indonesia
          Merah, coklat, baru. Hijau, kuning, abu-abu, putih dan hitam catatan menurut fisika putih adalah kumpulan berbagai warna sedangkan hitam adalah tak berwarna. Untuk menyatakan nuansa warna yang berbeda, Bahasa Indonesia memberi keterangan perbandingan seperti, merah darah, merah jambu, dan merah bata.
 Bahasa Inggris
          Ada 10 warna yaitu white, red, yellow, purple, pink, orange, grey, blue.
 Bahasa Hunanco
         Ada 4 warna yaitu (ma) biru, yakni warna hitam dan warna gelap lainnya. (ma) langit yairu warna putih dan warna lainnya. (ma) rarar yakni kelompok warna merah dan (ma) latuy yakni warna kuning, jhijau muda dan coklat muda.
         Kata-kata atau leksem-leksem yang megelompokkan dalam satu medan makna, berdasrkan sifat hubungan semantisnya dapat di bedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, dalam kalimat :
(I). Supir metro mini mengintruksikan kepada karnet agar meminta onkos kepenumpang.
      Kita dapati kata-kata supir, metromini, kernet, dan penumpang yang merupakan kata-kata dalam satu lokasi, satu tempat atau lingkungan yang sama, yang berkenan dengan lingkungan darat (dalam metromoni).
         Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk, pada hubungan pradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set biasanya mempunyai kelas yang sama dan tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu umpamanya, kata remajamerupakan tahap perkembangan dari anak-anak menjadio dewasa, sedangkan kata sejuki merupakan suhu diantara dingin dan hangat, maka kalau kata-kata yang satu set dengan remaja dan sejuk dibagankan adalah menjadi sebagai berikut :
-Manula/lansia Terik
-Dewasa Panas
-Remaja Hangat
- Kanak-kanak Sejuk
- Bayi Dingin
        Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dapat memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam satu masyarakat bahasa. Namun pengelompokan ini sering kurang jelas karena adanya ketumpang tindihan unsur-unsur leksikal yang di kelompokkan itu, misalnya, kata karang dapat masuk dalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula masuk kedalam kelompok medan makna pariwisata dan dapat pula dalam kelompok medan makna kelautan, selain itu pengelompokan kata atas medan makna ini tidak mempedulikan adanay nuansa makan, perbedaan makna denotasi dan konotasi. Misalnya, kata remaja itu juga memiliki juga makna “belum dewasa”, keras kepala, bersifat kaku, suka mengganggu dan membantah, serta tidak konsisten, jadi pengelompokan kata atas medan makana ini hanya tertumpu pada makna dasar, makna denotatif, atau makana pusatnya saja.

Medan makna mencakupi :

A. MAKNA DENOTATIF
Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-penambahan makna. Maka makna itu sesuai dengan konsep asal, apa adanya. Apabila kata tersebut tidak mengalami perubahan makna, maka kata itu mengandung makna denotasi.
Makna Denotatif (denotasi) ialah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu. Sifat makna denotatif ialah objektif. Karena makna yang dikandung dalam kata atau kelompok kata sifatnya pasti atau sudah tentu.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.
Makna denotasi, disebut juga makna lugas atau makna sebenarnya, yaitu makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam dalam kamus. Makna ini bersifat objektif.
Contoh-contoh makna denotatif:
Jenis makna
Contoh kata
Makna
Denotasi
1. Ibu Guru
1. Perempuan yang pekerjaannya mengajar
2. Ibu Amir
2. Perempuan yang melahirkan Amir
a. Bunga :
1) Bagian tumbuhan yang akan menjadi buah (pada umumnya elok warnanya dan sedap baunya).
2) Kembang.
  1. Bulan :
 1) Bola langit yang bergerak mengelilingi atau mengendarai bumi dan tampak pada malam hari.
2) Masa yang lamanya seperduabelas tahun (mungkin 29, 30, atau 31 hari).
-Dia adalah wanita cantik.
-Dinding itu berwarna hitam.

B. MAKNA KONOTATIF
Makna konotasi adalah makna yang berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang. Makna konotasi sebenarnya merupakan makna denotasi yang telah mengalami penambahan. Berdasarkan perkataan atau pikirannya, seseorang melakukan penambahan-penambahan makna, baik itu yang berupa pengkiasan ataupun perbandingan dengan benda atau hal lainnya. Ada tidaknya penambahan makna pada suatu kata, diketahui dari konteks penggunaanya dalam kalimat. Berdasarkan hal itu, makna konotasi sering pula disebut makna kias atau makna kontekstual.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional dari pada makna denotatif. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya:
-Rumah gedung, wisma,
-Penonton pemirsa, pemerhati
Makna konotatif (konsonan) ialah makna kata atau sekelompok yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang ditimbulkan oleh (=penulis) kepada pendengar (=pembaca). Sifat makna konotatif sangat subjektif karena makna yang dikandung dalam kata atau kelompok kata bersifat tambahan.
Makna konotasi disebut juga makna sampingan, yaitu makna yang berdasarkan atas perasaan atau nilai rasa tertentu, di samping makna dasar yang umum. Maka ini bersifat subjektif.
Contoh-contoh makna konotatif :
a. Dia adalah wanita manis
b. Orang itu manis
c. Hampir semua kota mempunyai daerah hitam
d. Oh, bunga pujaanku


C. SINONIM
Kata sinonim berasal dari sin yang berarti ‘sama’ atau ‘serupa’ dan onim atau anuma yang berarti ‘nama’. Kata sinonim kemudian diartikan sebagai adalah kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya. Suatu kata bersinonim dengan kata lainnya apabila dalam kalimat yang sama kata-kata itu dapat menggantikan. Kata benar dan betul adalah bersinonim. Dalam kalimat yang sama, kedua kata itu dapat saling menggantikan.
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim (persamaan makna kata) adalah hubungan antara satu kata dengan kata lainnya yang dianggap mempunyai kesamaan makna.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakian bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Contoh :
(1) Kebenaran harus kita tegakkan di mana saja.
(2) Kebetulan harus kita tegakkan di mana saja.
Contoh :
(1) Jawaban Ani kali ini benar.
(2) Jawaban Ani kali ini betul.
Contoh:
(1) Setelah sekolah usai, murid-murid kelas enem mengadakan rapat.
(2) Ketika kami tiba dilapangan itu, pertandingan telah selesai.
Contoh :
(1) Adik ingin bertemu dengan kakaknya.
(2) Adik ingin berjumpa dengan kakaknya.



D. ANTONIM
Antonim berasal dari anti atau ant yang berarti ‘lawan’ dan anuma yang berarti ‘sama’. Antonim kemudian diartikan sebagai kata-kata yang berbeda atau berlawanan maknanya. Siang-malam, hidup-mati, dan pulang-pergi, merupakan contoh-contoh pasangan kata yang bersinonim. Makna yang dikandungnya berbeda atau saling berlawanan.
Ketiga pasangan kata diatas merupakan salah satu sekian jenis antonim yang dikenal dalam bahasa Indonesia.
Antonim (lawan kata) adalah hubungan antara satu kata dengan kata lain yang dianggap berlawanan.
Jenis-jenis antonim yang lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Antonim kembar, merupakan antonim yang melibatkan pertentangan antara dua kata. Cirinya, penyangkalan terhadap salah satunya berarti penegasan terhadap pasangannya. Contoh : hidup-mati, bila dikatakan tidak hidup berarti mati, dan bila dikatakan tidak mati berarti hidup; jantan-betina, bila dikatakan bukan jantan berarti betina, dan bila dikatakan bukan betina berarti jantan.
b. Antonim majemuk, merupakan antonim yang melibatkan petentangan antara banyak kata. Antonim ini bertalian terutama dalam anggota-anggota (hiponim) dari suatu jenis kelas, seperti jenus tumbuhan jenis hewan, jenis logam, jenis warna. Ciri utamanya penyangkalan terhadap salah satunya berarti penegasan terhadap anggota-anggota yang lain. Contohnya, bila dikatakan baju itu tidak hijau, maka dalam dalam kalimat tersebut tercakup pengertian baju itu hitam, atau baju itu putih, dan sebagainya
c. Antonim gradual, yaitu pertentangan dua kata dengan melibatkan beberapa tingkatan antara. Cirinya, penyangkalan terhadap yang satu tidak mencakup penegasan terhadap yang lain. Misalnya, bila dikatakan rumah itu sederhana (RS) tidak berarti rumah itu mewah atau megah, yang bisa jadi rumah itu sangat sederhana (RSS).
d. Antonim relasional, adalah pertentangan antara dua buah kata yang kehadirannya saling berhubungan. Kehadiran salah satunya menyebabkan kehadiran kata yang lain. Contohnya: suami-istri, penjual-pembeli, adik-kakak, guru-murid, dan sejenisnya. Bila seseorang dikatakan suami berarti ia sudah beristri dan ia tidak bisa dikatakan seseorang suami bila tidak punya istri.
e. Antonim herarkis, adalah pertentangan yang terjadi antara kata-kata yang maknanya berada dalam proses bertingkat. Jenis antonim ini sebenarnya hampir sama dengan antonim majemuk, namun di sini terdapat kreteria tambahan, yakni tingkat. Misalnya: millimeter, sentimeter, desimeter, meter, dan seterusnya; atau Januari, Febuari, Maret, dan seterusnya.

Sabtu, 28 Januari 2012

Bidadari Dunia Mencari Cinta Sejati-Nya

Aku wanita Lahir disaksikan langit
Tumbuh diiringi alam
Hidup bersanding takdir
Aku sedang jatuh cinta…
Aku wanita Seulas senyum menghiasi wajahku
Semburat pandang berasal dari bola mataku
Gontaian kakiku pasti melangkah
Ayunan tanganku pasti berkarya
Gerak tubuhku pasti dinamis
Khayalku adalah keindahan
Pikirku adalah optimis
Mekarlah bunga-bunga di taman hatiku
Dikelilingi kupu-kupu warna-warni
Aku sedang jatuh cinta…
Aku wanita Cahaya diatas cahaya berlapis-lapis menghampiriku
Akar menghujam ke dalam bumi, berbatang menjulang ke langit, berdaun rimbun meneduhan, berbuah segar menyenangkan
Aku sedang jatuh cinta…
Aku wanita
Gerak kebaikkan adalah hidupku
Semangat kesungguhan adalah nafasku
Ridho Sang Pencipta adalah impianku
Menatap Raja Di Raja adalah puncak kenikmatanku
Aku sedang jatuh cinta…
Aku wanita
Bak lampu kristal nan indah
Menerangi, menawan, tapi mudah hancur
Hancur tanpa gerak kebaikkan
Hancur tanpa semangat kesungguhan
Hancur tanpa ridho Sang Pencipta
Hancur tanpa kesempatan menatap Raja Di Raja
Aku sedang jatuh cinta…
Aku wanita
Kan ku pelihara cinta suciku
Kan ku jaga kerinduanku Kan ku capai cita tertinggiku
Menjadi pengadi Illahi Rabbi Slamanya Aku sedang jatuh cinta…
Aku adalah seorang wanita Yang benar-benar sedang jatuh cinta…….